27 April, 2009

Bilik kamarku, 03.51

Rasa

Kurasakan…
Rasa sayangku padamu semakin mengekal saat senandung Al-Fatihah terlantun tuk mendoakanmu tengah malam barusan

Kurasakan…
Ada sesuatu yang terpancar dari dalam hati yang tlah membulatkan tekadku untuk senantiasa menyayangimu sepanjang hidupku

Rasakanlah…
Tutur kataku
Dan perbuatanku senantiasa mencintaimu

Rasakanlah…
Tanpamu, aku bagai hiu tanpa taring
HOW I LOVE U

15 April, 2009

TPQ NUR IMAN

Sore itu kuterbangun, kulihat betapa cerahnya awan dan anganpun melayang entah kemana hingga kuterlepas dan tak terkendali mengingat memory indah di TPQ Nur Iman Karang Jambu, Purwokerto.
Yah...sebuah TPQ yang didirikan oleh sekumpulan anak kos yang negkos di Karang Jambu yang diwadahi dalam sebuah organisasi Forum Komunikasi Anak Kos ( FOKUS ).
Berbekal niat untuk beribadah, untuk mengamalkan ilmu yang kami miliki alhamdulillah tahun demi tahun TPQ Nur Iman semakin berkembang dan eksistensinya mampu menyaingi semua TPQ yang ada di kota Purwokerto.
Dengan fasilitas yang sangat sederhana, hanya numpang di musholla Nurul Iman, sebuah musholla yang kecil mungil itu kami bisa mengamalkan ilmu kami.
Ya Allah betapa indahnya saat-saat itu ketika kami mengajar dan ketika kami saling berbagi.
Sarwo, Adnan, Barok, Ridho, Ibnu, Ali, Yeni, Iin, Tri, Eva, Ita, Diana, Imah, Atun, dan juga para warganya seperti pak cipto, pak haji muslih dan bu parta serta ibu-ibu jama'ah di Musholla Nurul Iman, mereka selalu mensupport perkembangan TPQ Nur Iman.
Kebersamaanku dengan kalian tak akan pernah terlupakan.
Betapa hangat
Betapa indah
Jalinan persaudaraan antar kita
Aku kangen sama kalian

Sajak Cintaku Buat Mamanya Rino


Bidadari itu

Baru kali ini aku rasakan
Mencintai seorang insan
Mencintai kelebihannya
Dan lebih mencintai kekurangannya
Siang-malam ku rela terjaga
Melindungi dan menyayanginya

Bidadari itu
Dia yang ku sayang sepanjang waktu
Kasihnya selalu ku tunggu

Bidadari itu
Datang mempesona menemuiku

Bidadari itu
Adalah udara buat nafasku

13 April, 2009

ORANG MISKIN DILARANG MIMPIN

ORANG MISKIN DILARANG MIMPIN !

Masa-masa kampanye yang hiruk-pikuk, penuh dengan pembagian uang dan sembako telah berlalu, pemilu legislatif pada tanggal 9 April pun telah dilaksanakan. Ada dua fenomena yang menarik yang telah muncul ke permukaan mainset masyarakat. Fenomena pertama adalah caleg yang banyak meraup suara adalah caleg yang banyak menghambur-hamburkan uang, memberikan stiker, kaos dan sembako, bantuan pembangunan masjid, jembatan, jalan-jalan dan lain sebagainya. Nampaknya masyarakat kita lebih memilih seorang pemimpin dari segi materi bukan dari segi kualitas kepribadian, intelektual, dan sosial mereka.

Fenomena yang kedua adalah banyaknya kalangan artis yang ikut berkompetisi dalam kancah politik pada pemilu legislatif kemarin, sebut saja Emilia Contesta, Nurul Arifin, Wanda Hamidah, Primus Yustisio, Vena Melinda, Tengku Firmansyah, hingga Mandra pelawak dalam sinetron Si Doel Anak Betawi. Tak sedikit diantara para artis tersebut yang dijagokan menjadi wakil rakyat melihat perolehan suara mereka yang signifikan. Mereka yang terpilih mungkin ada yang kompeten di bidang politik atau mungkin mereka terpilih berkat ketenaran mereka sebagai artis, dan menurut saya asumsi yang kedua itulah yang menjadikan mereka dipilih oleh masyarakat.

Dari fenomena diatas menurut hemat saya sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini telah terpetakan dalam ranah materialisme. Masyarakat mempunyai asumsi bahwa materi adalah segala-galanya. Berangkat dari asumsi tersebut nampaknya telah tersetting dalam paradigma masyarakat kita bahwa yang namanya pemimpin itu haruslah kaya, dengan demikian alses untuk menjadi wakil rakyat bagi mereka yang miskin sangatlah sulit sehingga nampaknya orang miskin di negeri ini dilarang untuk menjadi seorang pemimpin.

Ada satu asumsi dari masyarakat kita bahwa memang yang namanya pemimpin itu haruslah kaya, apabila seorang pemimpin kaya hal tersebut bisa menghindari mereka untuk melakukan tindak korupsi. Betulkah asumsi itu? Fakta di lapangan membuktikan adanya wakil rakyat yang sudah kaya tapi masih saja korupsi. Mereka semakin kaya dengan uang rakyat dan rakyatpun semakin miskin.

Yang saya kuatirkan imbas dari paradigma materialis tersebut adalah jika nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam pancasila tergeser oleh nilai-nilai kapitalis. Apa jadinya negara kita jika paradigma masyarakatnya cenderung materialis? Yang ada jurang pemisah antara si kaya dan si miskin semakin jelas. Saya berharap kepada para calon wakil rakyat yang nantinya akan duduk di DPRD Kabupaten/Kota, DPRD Propinsi, DPD, dan DPR Pusat agar mereka senantiasa memperjuangkan nasib rakyat miskin bukan memperjuangkan perut semata. Siapapun orangnya baik dari kalangan wakil rakyat yang kaya ataupun dari kalangan wakil rakyat yang berasal dari dunia entertainment seyogyanya mampu mengejawantahkan nilai-nilai filosofis pancasila sehingga terciptalah masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

12 April, 2009

jenggot dan Celana Cingkrang

Haruskah kita berjenggot dan bercelana cingkrang?

Pada saat lahirnya seorang bayi diliputi oleh rambut yang sangat halus, kemudian rambut pertama ini digantikan oleh rambut yang lembut,yang kita temukan pada anak-anak. Kemudian datanglah masa remaja, dan rambutnya itu akan digantikan lagi oleh rambut yang akhirnya akan dimiliki orang sebagai makhluk yang dewasa.

Rambut jenggot pria
Pertumbuhan rambut orang dewasa diatur oleh kelenjar-kelenjar kelamin. Hormon kelamin pria mempunyai suatu daya kerja yang khusus sehingga rambut jenggot dan rambut badan terkembang karenanya, sedangkan perkembangan rambut kepala dibatasi atau diperlambat perkembangannya.
Justru sebaliknyalah daya kerja hormon kelamin wanita! Pertumbuhan rambut di kepala terkembang karenanya, sedangkan pertumbuhan rambut jenggot dan rambut badan terbatasi karenanya. Karena itulah kaum wanita tak berjenggot, karena berbagai kelenjar-kelenjar dan hormon di dalam badannya dengan sengaja berdaya menghalang-halangi pertumbuhan itu.

Haruskah kita berjenggot?
Kita harus menengok ke sejarah permulaan umat manusia. Pada suatu saat, guna jenggot adalah untuk memudahkan perbedaan kaum pria dan wanita. Mungkin juga jenggot bermanfaat untuk memberikan rupa yang kuat dan berwibawa kepada kaum pria, dan dengan demikian menolong kaum pria untuk mempunyai daya tarik di hadapan kaum hawa.
Kini seiring dengan berjalannya waktu ada beberapa kelompok dalam islam yang menjadikan jenggot sebagai ciri khas mereka bahkan saking ekstrimnya golongan tersebut mewajibkan pengikutnya untuk berjenggot bahkan yang lebih ekstrim lagi mereka memandang negatif orang yang tidak berjenggot.
Tentu kita tidak bisa melarang orang untuk berjenggot dan untuk tidak berjenggot menjadi suatu keyakinan, kita juga tidak boleh memaksa seseorang untuk berjenggot terlebih lagi paksaan itu didasarkan dengan dalil-dalil agama, adakah dalil dalam Qur’an dan hadist yang secara qath’i mewajibkan kita untuk berjenggot? Kalau memang ada hadist yang bisa dijadikan sebagai bijakan untuk berjenggot, apakah hadist itu memenuhi derajat keshahihan?

Jenggot hanyalah sebuah tren
Bagi saya jenggot hanyalah sebuah tren, tren yang membedakan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya. Tren itulah yang membedakan dan dari perbedaan itu akhirnya munculah sikap eksklusivisme yang bisa menjadikan mereka merasa mempunyai posisi yang lebih dibanding kelompok yang lainnya.
Tentu anda bisa melihat dan merasakan jika jenggot hanyalah sebuah tren, sebuah tren yang mempunyai social function untuk membedakan antar individu maupun antar kelompok, bisa jadi hal itu akan menciptakan deferensi sosial yang negatif.

Jenggot dan celana cingkrang sebagai produk Arabisme
Dari segi bentuknya, bentuk kepala orang-orang Arab berbeda dengan bentuk kepala kita, bentuk kepala orang Arab kotak sedangkan bentuk kepala kita oval. Karena bentuk kepala orang Arab yang kotak itulah mereka memelihara jenggot untuk kegagahan mereka, mereka merasa penampilan mereka akan lebih gagah dengan berjenggot. Pandangan tentang jenggot sebagai kegagahan itu sudah mengakar kuat sekali, sejak zaman Nabi Muhammad sampai zaman sekarang. Dengan demikian budaya berjenggot bisa dikatakan sebagai produk Arabisme.
Yang menjadi meanstream disini adalah term arabisme. Kita sering sekali terjebak oleh term tersebut,sesuatu yang berbau arab selalu diidentikan dengan ajaran islam. Sesuatu yang berbau arab tersebut seperti memelihara jenggot dan bercelana cingkrang, Produk Arabisme tersebut selain telah menjadi bagian dari ajaran islam juga telah memunculkan beberapa kelompok yang berparadigma eksklusif yang telah memudarkan nilai-nilai inklusif islam itu sendiri.

Sebagai sebuah refleksi dari fenomena diatas marilah kita renungkan firman Allah SWT:

”Sesungguhnya telah ada pada (diri) rasullah itu juri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) allah dan (kedatangan)hari kiamat dan dia banyak menyebut allah”.(QS. Al-Ahzab:21)

Yang menjadi pokok perhatian dalam ayat tersebut adalah Nabi Muhamad SAW sebagai suri teladan yang paling baik (uswatun hasanah) dimana kita sebagai muslim meneladani akhlak nabi, akhlak pangkalnya diperbuatan, perbuatan nabi yaitu shidiq, amanah , fathonah, dan tabligh itulah yang harus kita teladani.bukan kebudayaan Arabismenya.kalau demikian haruskan kita berjenggot dan bercelana cingkrang? Bagi saya tentu tidak, berjenggot dan bercelana cingkrang adalah:produk Arabisme dan bukan merupakan bagian dari ajaran islam.walaupun demikian sebagai seorang muslim yang toleran secara pribadi saya sama sekali tidak melarang saudara sesama muslim saya meyakini jika berjenggot dan bercelana cingkrang merupakan ajaran islam, dan saya juga tidak mempunyai hak ataupun kapasitas untuk melarangnya. Saya Cuma menyayangkan akan adanya beberapa individu maupun kelompok yang terkesan ingin memaksakan jika seorang muslim laki-laki harus berjenggot dan bercelana cingkrang. Pertanyaan besar saya adalah, apakah Nabi pernah memaksa umatnya untuk berjenggot dan bercelana cingkrang?

06 April, 2009

TUGAS AKHIR TAHUN PELAJARAN 2008/2009

TUGAS AKHIR TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Mata Pelajaran : Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Kelas : X (Sepuluh)
Sekolah : SMA Bustanul Ulum NU Bumiayu

Tujuan
1. Sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Kenaikan Kelas (UKK) pada mata pelajaran TIK.
2. Agar siswa bisa berkomunikasi melalui fasilitas e-mail.
3. Agar siswa bisa mengekspresikan pemikirannya melalui fasilitas blog.

Jenis Tugas
1. Pembuatan kliping tentang perkembangan komputer dan pernak-pernik internet, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. tugas dikerjakan secara kelompok;
b. jumlah halaman kliping minimal 20 lembar.
2. Pembuatan e-mail dengan menggunakan fasilitas Gmail pada Google, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. tugas dikerjakan secara individu;
b. setelah selesai dalam pembuatannya, kirim e-mail yang berisi nama dan identitas serta kritik dan saran untuk bapak ke alamat rinoforever@Gmail.com atau ke alghozalicruek@yahoo.co.id.
3. Pembuatan blog dengan menggunakan fasilitas Blogspot, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk membuat blog dengan fasilitas Blogspot anda harus sudah mempunyai akun Google terlebih dahulu, dengan kata lain anda harus sudah membuat Gmail;
b. postingkan entri yang berisi tentang pengalaman anda selama belajar di SMA Bustanul Ulum NU Bumiayu;
c. kirim e-mail yang berisi tentang alamat blog anda ke alamat e-mail bapak di rinoforever@Gmail.com atau alghozalicruek@yahoo.co.id.

Pelaksanaan Pengerjaan Tugas
Tugas mulai dikerjakan pada tanggal 13 April 2009 dan diselesaikan paling lambat pada tanggal 25 Mei 2009.

Pembagian Kelompok Pembuatan Kliping
Kelas X.1
Kelompok 1
1. AFNI DEWI PUTRI
2. AINUL BAHRAINI
3. AJI KUAT PANGESTU
4. ALI KHUMAENI
Kelompok 2
1. ANDI ARUL YARFA
2. AHMAD FANANI
3. ARLINDA DWI KARTIKA
4. ATIK APRIAYNI
5. BAHAR ARUDIANTO
Kelompok 3
1. ELIYATUL M
2. HIKMATUL MAULA
3. IBNU HAJAR ALI YAFI
4. IMAS HANI MUNFAZAH
5. IRMA IRVIANA
Kelompok 4
1. KHADIKOTUL JANAH
2. M. AGHITS SALAM
3. MAZIDATUN NISA
4. MELDA RIZA UTAMI
5. NANANG FATIHI ALLAFAL FIKRI
Kelompok 5
1. NILA SARI
2. NOVIATUN NI'MAH
3. NUR KURNIATI
4. PIPIH ISMATUL MUHIBAH
Kelompok 6
1. RIZKI AMALIAWATI
2. ROSMAWATI
3. RUSTI ANI
4. SITI KHODIJAH
5. SITI MASITOH
Kelompok 7
1. SITI NUR AZIZAH
2. SRI AMINAH
3. SUBEKHI
4. TIA FAJAR ARUM
5. TIA MA'SUMAH
Kelompok 8
1. TRIO FAJAR
2. UMI KULSUM
3. YULI ANI SUSANTI
4. ADETIA FIANTI ROCMI
Kelas X.2
Kelompok 1
1. A. ABRORI N
2. A. ROZIKIN
3. ADE IRHAM ABDUL KAFI
4. ANISA NOVITA SARI
5. ANNISA FITRIYANI
Kelompok 2
1. ARI ERA WATI
2. ASIAH FITRI
3. CIPTA SUCI A
4. DIAN NASIKHAH
5. FIA MULYANI
Kelompok 3
1. FIKI FALASIFAH FIL RIZQI
2. FUZANA ISMA M
3. IMAM ARIFIN
4. LINDA ALVIANI
5. LISA MELIANA
Kelompok 4
1. M. FARUKI
2. MAISATUN ARTIYANI
3. MAYASARI
4. NANDA RISKI RIANJAYANTI
5. NASKHIRIN
Kelompok 5
1. NUR AZIZAH
2. NUR KHAYATUN
3. NUR LAELATUL F.
4. NUR PATIKOH
5. PUJI ASTUTI
Kelompok 6
1. REFI K FEBRIYANTO
2. RUDI
3. SHELLY AFINA
4. SHIDDIQ HASANOFIC
5. SILVIA DWI UTAMI
Kelompok 7
1. SITI FARIDAH
2. SODIQOH
3. TIAS MARTIANI
4. TRI ALFIANAH
5. TUTI ULWIYAH
Kelompok 8
1. UZI MEGA PARIDA
2. YENI ALFI YANI
3. SILVIA DWI UTAMI
4. JELANI
5. ULUL ILMI
Kelas X.3
Kelompok 1
1. A'AN AENATUL AULA
2. ADIS SETIA PRATAMA
3. AGUNG PRAYITNO
4. ANITA PRILIA UTAMI
5. ATIKAH
Kelompok 2
1. AZMI LAVIN
2. DEDE AZIZAH
3. DWI ERMA YULIYANTI
4. EKA SULISTIAWATI
5. GALUNG ESTUNING J
Kelompok 3
1. HENI ASTUTI
2. JOKO ARISANDI
3. LAELATUL MAFTUKHA
4. LATIFATUL MAGHFIROH
5. M. FIRMAN KHAMDANI
Kelompok 4
1. M. NUR AWALUDIN
2. M. RIFQI ADITYA
3. MALIHATUN NURJANAH
4. NAENI RIYANI
Kelompok 5
1. NAILY ULYANA
2. NOVITA ZULVI SUSANTI
3. NUR CAHYO AJI P
4. PIRMANSAH
5. RINA LINDASARI
Kelompok 6
1. RIZQI LUKMANUR
2. ROSMIATI
3. SELFI MARLIANA
4. SISMA ROSMAYA
5. SITI MUAMALIYAH
Kelompok 7
1. SITI NUR JANAH
2. SITI RISKA NUL UMAMI
3. SRI AGUSTINA
4. SUL KHONIYAH
5. TRIAN SURANDI
Kelompok 8
1. WULAN SEKAR ASRI
2. YULIATI PUSPITASARI
3. KHOLIFATUS SADIYAH
4. IRNI IZZATUN NUPUS
5. BAMBANG FARIS MUZAKI

05 April, 2009

BAIK vs BURUK dan BENAR vs SALAH

Filosofi “Baik-Buruk

Di dunia ini Allah SWT menciptakan semuanya saling berpasangan. Langit-bumi, siang-malam, daratan-lautan, pria-wanita, besar-kecil, kanan-kiri, hujan-terang, baik-buruk benar-salah, yah…tentu masih banyak lagi pasangan-pasangan yang ada di dunia ini bahkan nanti di akherat kelak ada surga dan neraka yang saling berpasangan.


Baik-buruk

Perbuatan manusia ada yang baik dan ada buruk. Hati manusia memiliki perasaan dan dapat mengenal atau membedakan, perbuatan itu baik atau buruk dan benar atau salah.
Penilaian terhadap suatu perbuatan adalah relatif, hal ini disebabkan adanya perbedaan tolak ukur yang digunakan untuk penilaian tersebut. Perbedaan tolak ukur tersebut disebabkan karena adanya perbedaan agama, kepercayaan , cara berfikir, ideologi, lingkungan hidup dan sebagainya.
Benar-salah

Di dalam Ilmu Akhlak (etika), kita akan berjumpa dengan istilah-istilah benar dan salah serta baik dan buruk. Apakah prinsip yang kita gunakan benar atau salah. Apakah kebiasaan yang kita perbuat baik atau buruk.

1. Pengertian Benar dan Salah
Pengertian benar menurut etika ialah hal-hal yang sesuai dengan peraturan-peraturan, sebaliknya, salah ialah hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
Secara subyektif "benar" di dunia bermacam-macam, benar menurut Ilmu Hitung berlainan dengan menurut Ilmu Politik, benar menurut logika berlainan dengan benar menurut dialektika, benar menurut seseorang berlainan dengan menurut orang yang berbeda dan sebagainya.
Secara objektif "benar" di dunia hanya satu. Tidak ada benar yang bertentangan, Apabila ada dua hal yang bertentangan, mungkin salah satunya yang benar atau kedua-duanyalah dan bisa jadi yang benar belum disebut dalam pertentangan itu.
Peraturan yang dibuat merupakan sarana yang digunakan untuk mengukur sesuatu benar atau salah. Peraturan dibuat untuk mencapai sesuatu yang dinamakan "benar". Peraturan di dunia ini sangat bermacam-macam dan berlainan, bahkan ada yang saling bertentangan. Semua peraturan yang dibuat adalah hasil akal-pikiran manusia, sedangkan kebenaran di dunia bila berdasar akal-pikiran manusia akan kembali kepada satu kata relatif.
Untuk mencapai "benar", maka kebenaran mesti bersifat objektif, kebenaran objektif ini adalah kebenaran pasti dan tunggal, kebenaran ini didasarkan kepada peraturan yang dibuat oleh Yang Maha Satu, Yang Maha Mengetahui serta Yang Maha Benar. Hal ini dapat kita ketahui dari Q.S Al-Baqoroh 2:147 :
"Kebenaran adalah dari Rabb-mu dan janganlah kalian termasuk orang-orang yang ragu" .

2. Pengertian Baik dan Buruk
Pengertian "baik" menurut etika adalah sesuatu yang berharga untuk sesuatu tujuan. Sebaliknya, yang tidak berharga, tidak berguna untuk tujuan, merugikan, atau menyebabkan tidak tercapainya tujuan adalah "buruk" .
Konsep Subjektifitas dan Relatifitas dalam baik dan buruk adalah serupa seperti konsep Subjektifitas dan Relatifitas dalam benar dan salah. Hanya dalam konsep Objektifitas memiliki perbedaan, secara objektif ukuran baik dan buruk adalah sama yakni mengarah kepada tujuan akhir, meskipun tujuan setiap individu atau golongan berbeda-beda, tetapi tujuan akhir dari semuanya itu sama, yaitu bahwa semuanya ingin baik atau bahagia.
Tujuan dari masing-masing individu walaupun berbeda-beda semuanya akan bermuara pada satu tujuan yang dalam ilmu etika disebut "kebaikan tertinggi", yang dengan istilah latinnya disebut Summum Bonum atau bahasa arabnya Al-Khair al-Kully. Kebaikan tertinggi ini bisa juga disebut kebahagiaan yang universal atau universal happiness.
Allah berfirman:
"Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya maka berlomba-lomba kamu ( dalam membuat ) kebaikan".
(QS. Al-Baqarah 2:148)
Di dalam Akhlak Islamiah, antara baik sebagai tujuan akhir harus segaris dengan baik sebagai sarana, alat, cara atau tujuan sementara mencapainya.
Penentuan Baik dan Buruk
Sejalan dengan pemikiran manusia, berkembang pula patokan yang digunakan dalam menentukan baik dan buruk. Keadaan ini menurut Poedjawiatna dalam Etika Filsafat Tingkah Laku sangat rapat pada pandangan filsafat tentang manusia dan ini tergantung dari metefisika pada umumnya. Menurut Poedjawijatna penilaian baik dan buruk berdasarkan enam (6) pandangan filsafat yaitu hedonisme, utilitarianisme, vitalisme, sosialisme, religiosisme dan humanisme. Sementara menurut Asmaran As dalam Pengantar Studi Akhlak, penilaian bak dan buruk berdasarkan empat (4) aliran filsafat yaitu sosialisme, hedonisme, intuisisme dan evolusi.
1. Sosialisme
Menurut aliran ini baik buruk ditentukan berdasarkan adat istiadat. Pandangan berdasar adat istiadat di namankan pandangan sosialisme karena berdasarkan manusia yang saling bersosialisasi. Mengenai hal ini Poedjawijatma berkomentar :
"…Adat istiadat timur dan barat misalnya berbeda. Kita tidak punya hak untuk menghukum adat yang ini buruk dan yang itu buruk, tetapi yang dapat dikatakan adalah bahwa adat itu sukar dijadikan ukuran umum, karena tidak umumnya itu…"
2. Hedonisme
Menurut aliran ini baik buruk ditentukan berdasarkan mendatangkan kelezatan, kenikmatan dan kepuasaan nafsu biologis. Pandangan ini pertama kali diutarakan oleh Filosof Epicurus (341-270 SM) dari Yunani Kuno, lalu dikembangkan oleh Cyrecnics dan ditumbuh kembangkan di dunia modern oleh Freud.
3. Intuisisme
Menurut aliran ini baik dan buruk ditentukan intuisi, insting batin atau kata hati. Aliran ini disebut juga aliran Humanisme. Penentuan baik buruk perbuatan menurut aliran intuisme dianut dan dikembangkan oleh para pemikir akhlaq, diantaranya ialah Murthadha Muthahariri yang berpendapat berdasar dalil Q.S Asy-Syams ayat 7-8 bahwa ia menulis dalam bukunya Falsafah Akhlak sebagai berikut:
"Etika tidak emosionlistik seperti dalam falsafah etika Hindu dan Kristen. Juga bukan rasional dan berdasarkan kehendak yang dikatakan filosof. Tetapi etika adalah ilham-ilham intuisi"
4. Utiliterianisme
Menurut aliran ini baik buruk ditentukan berdasarkan utility atau daya guna. Pandangan ini terlalu ekstrem diinterpretasikan dalam masa sekarang dan berkembang menjadai pandagan materialistic. Contohnya ialah dititipkannya para manula (manusia lanjut usia) kepada panti jompo di beberapa Negara maju.
5. Vitalisme
Menurut aliran ini baik buruk ditentukan berdasarkan pencerminan kekuatan menaklukan hidup manusia. Paham inilah yang dipraktekan para feodalisme pada kaum lemah. Kini paham ini telah tergeser oleh pandangan demokrasi.
6. Religiosisme
Menurut aliran ini baik buruk ditentukan berdasarkan kehendak Tuhan dalam keyakinan Theologis. Meskipun dianggap piling baik namun aliran ini masih menjadi batu loncatan pemikiran para ahli karena aliran ini belum bersifat umum dan objektif.
7. Evolusi
Menurut aliran ini baik buruk ditentukan berdasarkan kesenangan dan kebahagiaan. Sedangkan kesenangan dan kebahagiaan ini berkembang berdasarkan evolusi atau perubahan apa adanya kepada kesempurnaan. Pendapat ini berlaku pada hal yang fisika (tampak) seperti tumbuhan hewan, dan manusia serta yang meta fisika (ghaib) seperti akhlak dan moral.
Tokoh central dalam teori ini ialah Charles Darwin (1809-1882). Dia memberikan penjelasan tentang paham ini dalam buknya The Origin Of Species, dikatakan bahwa perkembangan ala mini berdasarkan oleh ketentuan-ketentuan berikut:
Ketentuan alam (selection of nature)
Perjuangan hidup (struggle for life)
Kekal bagi yang lebih pantas (survival for the fit test)
Inilah yang disebut hokum alam dan ini pulalahyang menjadi pokok penentuan baik dan buruk dan terus berkembang sesuai dengan waktu.
Baik dan buruk menurut ajaran Islam
Ajaran islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah SWT. Al-Quran yang dalam penjabarannya dilakukan oleh hadits Nabi Muhammad SAW. Masalah akhlak dalam ajaran islam sangat mendapatkan perhatian yang begitu besar.
Menurut ajaran islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al-Quran dan Al-hadits. Jika kita perhatikan Al-Quran dan alhadits dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu kepada baik dan ada pula istilah yang mengacu kepada yang buruk. Diantara istilah yang mengacu kepada yang baik misalnya al-hasanah,thayyibah,khairah,karimah,mahmudah,azizah dan al-birr.
Adanya berbagai istilah dalam Al-qur'an ini menunjukan bahwa Al-Qur'an dan Hadits menunjukan bahwa sesuatu yang baik menurut islam jauh lebih lengkap dan kompherensif dibandingkan arti baik dalam arti kebaikan yang dikemukakan sebelumnya.

Biografi Abdurrahman Wahid Buat Mamanya Rino


Abdurrahman "Addakhil", demikian nama lengkapnya. Secara leksikal, "Addakhil" berarti "Sang Penakluk", sebuah nama yang diambil Wahid Hasyim, orang tuanya, dari seorang perintis Dinasti Umayyah yang telah menancapkan tonggak kejayaan Islam di Spanyol. Belakangan kata "Addakhil" tidak cukup dikenal dan diganti nama "Wahid", Abdurrahman Wahid, dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. "Gus" adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kiai yang berati "abang"atau"mas". Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara yang dilahirkan di Denanyar Jombang Jawa Timur pada tanggal 4 Agustus 1940. Secara genetik Gus Dur adalah keturunan "darah biru". Ayahnya, K.H. Wahid Hasyim adalah putra K.H. Hasyim Asy'ari, pendiri jam'iyah Nahdlatul Ulama (NU)-organisasi massa Islam terbesar di Indonesia-dan pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang. Ibundanya, Ny. Hj. Sholehah adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, K.H. Bisri Syamsuri. Kakek dari pihak ibunya ini juga merupakan tokoh NU, yang menjadi Rais 'Aam PBNU setelah K.H. Abdul Wahab Hasbullah. Dengan demikian, Gus Dur merupakan cucu dari dua ulama NU sekaligus,dan dua tokoh bangsa Indonesia. Pada tahun 1949, ketika clash dengan pemerintahan Belanda telah berakhir, ayahnya diangkat sebagai Menteri Agama pertama, sehingga keluarga Wahid Hasyim pindah ke Jakarta. Dengan demikian suasana baru telah dimasukinya. Tamu-tamu, yang terdiri dari para tokoh-dengan berbagai bidang profesi-yang sebelumnya telah dijumpai di rumah kakeknya, terus berlanjut ketika ayahnya menjadi Menteri agama. Hal ini memberikan pengalaman tersendiri bagi seorang anak bernama Abdurrahman Wahid. Secara tidak langsung, Gus Dur juga mulai berkenalan dengan dunia politik yang didengar dari kolega ayahnya yang sering mangkal di rumahnya. Sejak masa kanak-kanak, ibunya telah ditandai berbagai isyarat bahwa Gus Dur akan mengalami garis hidup yang berbeda dan memiliki kesadaran penuh akan tanggung jawab terhadap NU. Pada bulan April 1953, Gus Dur pergi bersama ayahnya mengendarai mobil ke daerah Jawa Barat untuk meresmikan madrasah baru. Di suatu tempat di sepanjang pegunungan antara Cimahi dan Bandung, mobilnya mengalami kecelakaan. Gus Dur bisa diselamatkan, akan tetapi ayahnya meninggal. Kematian ayahnya membawa pengaruh tersendiri dalam kehidupannya.Dalam kesehariannya, Gus Dur mempunyai kegemaran membaca dan rajin memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya. Selain itu ia juga aktif berkunjung keperpustakaan umum di Jakarta. Pada usia belasan tahun Gus Dur telah akrab dengan berbagai majalah, surat kabar, novel dan buku-buku yang agak serius. Karya-karya yang dibaca oleh Gus Dur tidak hanya cerita-cerita, utamanya cerita silat dan fiksi, akan tetapi wacana tentang filsafat dan dokumen-dokumen manca negara tidak luput dari perhatianya. Di samping membaca, tokoh satu ini senang pula bermain bola, catur dan musik. Dengan demikian, tidak heran jika Gus Dur pernah diminta untuk menjadi komentator sepak bola di televisi. Kegemaran lainnya, yang ikut juga melengkapi hobinya adalah menonton bioskop. Kegemarannya ini menimbulkan apresiasi yang mendalam dalam dunia film. Inilah sebabnya mengapa Gu Dur pada tahun 1986-1987 diangkat sebagai ketua juri Festival Film Indonesia.

Masa remaja Gus Dur sebagian besar dihabiskan di Yogyakarta dan Tegalrejo. Di dua tempat inilah pengembangan ilmu pengetahuan mulai meningkat. Masa berikutnya, Gus Dur tinggal di Jombang, di pesantren Tambak Beras, sampai kemudian melanjutkan studinya di Mesir. Sebelum berangkat ke Mesir, pamannya telah melamarkan seorang gadis untuknya, yaitu Sinta Nuriyah anak Haji Muh. Sakur. Perkawinannya dilaksanakan ketika ia berada di Mesir.
Pengalaman Pendidikan
Pertama kali belajar, Gus Dur kecil belajar pada sang kakek, K.H. Hasyim Asy'ari. Saat serumah dengan kakeknya, ia diajari mengaji dan membaca al-Qur'an. Dalam usia lima tahun ia telah lancar membaca al-Qur'an. Pada saat sang ayah pindah ke Jakarta, di samping belajar formal di sekolah, Gus Dur masuk juga mengikuti les privat Bahasa Belanda. Guru lesnya bernama Willem Buhl, seorang Jerman yang telah masuk Islam, yang mengganti namanya dengan Iskandar. Untuk menambah pelajaran Bahasa Belanda tersebut, Buhl selalu menyajikan musik klasik yang biasa dinikmati oleh orang dewasa. Inilah pertama kali persentuhan Gu Dur dengan dunia Barat dan dari sini pula Gus Dur mulai tertarik dan mencintai musik klasik.Menjelang kelulusannya di Sekolah Dasar, Gus Dur memenangkan lomba karya tulis (mengarang) se-wilayah kota Jakarta dan menerima hadiah dari pemerintah. Pengalaman ini menjelaskan bahwa Gus Dur telah mampu menuangkan gagasan/ide-idenya dalam sebuah tulisan. Karenanya wajar jika pada masa kemudian tulisan-tulisan Gus Dur menghiasai berbagai media massa.Setelah lulus dari Sekolah Dasar, Gus Dur dikirim orang tuanya untuk belajar di Yogyakarta. Pada tahun 1953 ia masuk SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama) Gowongan, sambil mondok di pesantren Krapyak. Sekolah ini meskipun dikelola oleh Gereja Katolik Roma, akan tetapi sepenuhnya menggunakan kurikulum sekuler. Di sekolah ini pula pertama kali Gus Dur belajar Bahasa Inggris. Karena merasa terkekang hidup dalam dunia pesantren, akhirnya ia minta pindah ke kota dan tinggal di rumah Haji Junaidi, seorang pimpinan lokal Muhammadiyah dan orang yang berpengaruh di SMEP. Kegiatan rutinnya, setelah shalat subuh mengaji pada K.H. Ma'sum Krapyak, siang hari sekolah di SMEP, dan pada malam hari ia ikut berdiskusi bersama dengan Haji Junaidi dan anggota Muhammadiyah lainnya.Ketika menjadi siswa sekolah lanjutan pertama tersebut, hobi membacanya semakin mendapatkan tempat. Gus Dur, misalnya, didorong oleh gurunya untuk menguasai Bahasa Inggris, sehingga dalam waktu satu-dua tahun Gus Dur menghabiskan beberapa buku dalam bahasa Inggris. Di antara buku-buku yang pernah dibacanya adalah karya Ernest Hemingway, John Steinbach, dan William Faulkner. Di samping itu, ia juga membaca sampai tuntas beberapa karya Johan Huizinga, Andre Malraux, Ortega Y. Gasset, dan beberapa karya penulis Rusia, seperti: Pushkin, Tolstoy, Dostoevsky dan Mikhail Sholokov. Gus Dur juga melahap habis beberapa karya Wiill Durant yang berjudul 'The Story of Civilazation'. Selain belajar dengan membaca buku-buku berbahasa Inggris, untuk meningkatan kemampuan bahasa Ingrisnya sekaligus untuk menggali informasi, Gus Dur aktif mendengarkan siaran lewat radio Voice of America dan BBC London. Ketika mengetahui bahwa Gus Dur pandai dalam bahasa Inggis, Pak Sumatri-seorang guru SMEP yang juga anggota Partai Komunis-memberi buku karya Lenin 'What is To Be Done' . Pada saat yang sama, anak yang memasuki masuki masa remaja ini telah mengenal Das Kapital-nya Karl Marx, filsafat Plato,Thales, dan sebagainya. Dari paparan ini tergambar dengan jelas kekayaan informasi dan keluasan wawasan Gus Dur.Setamat dari SMEP Gus Dur melanjutkan belajarnya di Pesantren Tegarejo Magelang Jawa Tengah. Pesantren ini diasuh oleh K.H. Chudhari, sosok kyai yang humanis, saleh dan guru dicintai. Kyai Chudhari inilah yang memperkenalkan Gus Dur dengan ritus-ritus sufi dan menanamkan praktek-praktek ritual mistik. Di bawah bimbingan kyai ini pula, Gus Dur mulai mengadakan ziarah ke kuburan-kuburan keramat para wali di Jawa. Pada saat masuk ke pesantren ini, Gus Dur membawa seluruh koleksi buku-bukunya, yang membuat santri-santri lain terheran-heran. Pada saat ini pula Gus Dur telah mampu menunjukkan kemampuannya dalam berhumor dan berbicara. Dalam kaitan dengan yang terakhir ini ada sebuah kisah menarik yang patut diungkap dalam paparan ini adalah pada acara imtihan-pesta akbar yang diselenggarakan sebelum puasa pada saat perpisahan santri yang selesai menamatkan belajar-dengan menyediakan makanan dan minuman dan mendatangkan semua hiburan rakyat, seperti: Gamelan, tarian tradisional, kuda lumping, jathilan, dan sebagainya. Jelas, hiburan-hiburan seperti tersebut di atas sangat tabu bagi dunia pesantren pada umumnya. Akan tetapi itu ada dan terjadi di Pesantren Tegalrejo.Setelah menghabiskan dua tahun di pesantren Tegalrejo, Gus Dur pindah kembali ke Jombang, dan tinggal di Pesantren Tambak Beras. Saat itu usianya mendekati 20 tahun, sehingga di pesantren milik pamannya, K.H. Abdul Fatah, ia menjadi seorang ustadz, dan menjadi ketua keamanan. Pada usia 22 tahun, Gus Dur berangkat ke tanah suci, untuk menunaikan ibadah haji, yang kemudian diteruskan ke Mesir untuk melanjutkan studi di Universitas al-Azhar. Pertama kali sampai di Mesir, ia merasa kecewa karena tidak dapat langsung masuk dalam Universitas al-Azhar, akan tetapi harus masuk Aliyah (semacam sekolah persiapan). Di sekolah ia merasa bosan, karena harus mengulang mata pelajaran yang telah ditempuhnya di Indonesia. Untuk menghilangkan kebosanan, Gus Dur sering mengunjungi perpustakaan dan pusat layanan informasi Amerika (USIS) dan toko-toko buku dimana ia dapat memperoleh buku-buku yang dikehendaki.Terdapat kondisi yang menguntungkan saat Gus Dur berada di Mesir, di bawah pemerintahan Presiden Gamal Abdul Nasr, seorang nasioonalis yang dinamis, Kairo menjadi era keemasan kaum intelektual. Kebebasan untuk mengeluarkkan pendapat mendapat perlindungan yang cukup. Pada tahun 1966 Gus Dur pindah ke Irak, sebuah negara modern yang memiliki peradaban Islam yang cukup maju. Di Irak ia masuk dalam Departement of Religion di Universitas Bagdad samapi tahun 1970. Selama di Baghdad Gus Dur mempunyai pengalaman hidup yang berbeda dengan di Mesir. Di kota seribu satu malam ini Gus Dur mendapatkan rangsangan intelektual yang tidak didapatkan di Mesir. Pada waktu yang sama ia kembali bersentuhan dengan buku-buku besar karya sarjana orientalis Barat. Ia kembali menekuni hobinya secara intensif dengan membaca hampir semua buku yang ada di Universitas.Di luar dunia kampus, Gus Dur rajin mengunjungi makam-makam keramat para wali, termasuk makam Syekh Abdul Qadir al-Jailani, pendiri jamaah tarekat Qadiriyah. Ia juga menggeluti ajaran Imam Junaid al-Baghdadi, seorang pendiri aliran tasawuf yang diikuti oleh jamaah NU. Di sinilah Gus Dur menemukan sumber spiritualitasnya. Kodisi politik yang terjadi di Irak, ikut mempengaruhi perkembangan pemikiran politik Gus Dur pada saat itu. Kekagumannya pada kekuatan nasionalisme Arab, khususnya kepada Saddam Husain sebagai salah satu tokohnya, menjadi luntur ketika syekh yang dikenalnya, Azis Badri tewas terbunuh.Selepas belajar di Baghdad Gus Dur bermaksud melanjutkan studinya ke Eropa. Akan tetapi persyaratan yang ketat, utamanya dalam bahasa-misalnya untuk masuk dalam kajian klasik di Kohln, harus menguasai bahasa Hebraw, Yunani atau Latin dengan baik di samping bahasa Jerman-tidak dapat dipenuhinya, akhirnya yang dilakukan adalah melakukan kunjungan dan menjadi pelajar keliling, dari satu universitas ke universitas lainnya. Pada akhirnya ia menetap di Belanda selama enam bulan dan mendirikan Perkumpulan Pelajar Muslim Indonesia dan Malaysia yang tinggal di Eropa. Untuk biaya hidup dirantau, dua kali sebulan ia pergi ke pelabuhan untuk bekerja sebagai pembersih kapal tanker. Gus Dur juga sempat pergi ke McGill University di Kanada untuk mempelajari kajian-lkajian keislaman secara mendalam. Namun, akhirnya ia kembali ke Indoneisa setelah terilhami berita-berita yang menarik sekitar perkembangan dunia pesantren. Perjalanan keliling studi Gus Dur berakhir pada tahun 1971, ketika ia kembali ke Jawa dan mulai memasuki kehidupan barunya, yang sekaligus sebagai perjalanan awal kariernya.Meski demikian, semangat belajar Gus Dur tidak surut. Buktinya pada tahun 1979 Gus Dur ditawari untuk belajar ke sebuah universitas di Australia guna mendapatkkan gelar doktor. Akan tetapi maksud yang baik itu tidak dapat dipenuhi, sebab semua promotor tidak sanggup, dan menggangap bahwa Gus Dur tidak membutuhkan gelar tersebut. Memang dalam kenyataannya beberapa disertasi calon doktor dari Australia justru dikirimkan kepada Gus Dur untuk dikoreksi, dibimbing yang kemudian dipertahankan di hadapan sidang akademik.

Perjalanan Karir

Sepulang dari pegembaraanya mencari ilmu, Gus Dur kembali ke Jombang dan memilih menjadi guru. Pada tahun 1971, tokoh muda ini bergabung di Fakultas Ushuludin Universitas Tebu Ireng Jombang. Tiga tahun kemudian ia menjadi sekretaris Pesantren Tebu Ireng, dan pada tahun yang sama Gus Dur mulai menjadi penulis. Ia kembali menekuni bakatnya sebagaii penulis dan kolumnis. Lewat tulisan-tulisan tersebut gagasan pemikiran Gus Dur mulai mendapat perhatian banyak. Djohan Efendi, seorang intelektual terkemuka pada masanya, menilai bahwa Gus Dur adalah seorang pencerna, mencerna semua pemikiran yang dibacanya, kemudian diserap menjadi pemikirannya tersendiri. Sehingga tidak heran jika tulisan-tulisannya jarang menggunakan foot note.
Pada tahun 1974 Gus Dur diminta pamannya, K.H. Yusuf Hasyim untuk membantu di Pesantren Tebu Ireng Jombang dengan menjadi sekretaris. Dari sini Gus Dur mulai sering mendapatkan undangan menjadi nara sumber pada sejumlah forum diskusi keagamaan dan kepesantrenan, baik di dalam maupun luar negeri. Selanjutnya Gus Dur terlibat dalam kegiatan LSM. Pertama di LP3ES bersama Dawam Rahardjo, Aswab Mahasin dan Adi Sasono dalam proyek pengembangan pesantren, kemudian Gus Dur mendirikan P3M yang dimotori oleh LP3ES.Pada tahun 1979 Gus Dur pindah ke Jakarta. Mula-mula ia merintis Pesantren Ciganjur. Sementara pada awal tahun 1980 Gus Dur dipercaya sebagai wakil katib syuriah PBNU. Di sini Gus Dur terlibat dalam diskusi dan perdebatan yang serius mengenai masalah agama, sosial dan politik dengan berbagai kalangan lintas agama, suku dan disiplin. Gus Dur semakin serius menulis dan bergelut dengan dunianya, baik di lapangan kebudayaan, politik, maupun pemikiran keislaman. Karier yang dianggap 'menyimpang'-dalam kapasitasnya sebagai seorang tokoh agama sekaligus pengurus PBNU-dan mengundang cibiran adalah ketika menjadi ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada tahunn 1983. Ia juga menjadi ketua juri dalam Festival Film Indonesia (FFI) tahun 1986, 1987.Pada tahun 1984 Gus Dur dipilih secara aklamasi oleh sebuah tim ahl hall wa al-'aqdi yang diketuai K.H. As'ad Syamsul Arifin untuk menduduki jabatan ketua umum PBNU pada muktamar ke-27 di Situbondo. Jabatan tersebut kembali dikukuhkan pada muktamar ke-28 di pesantren Krapyak Yogyakarta (1989), dan muktamar di Cipasung Jawa Barat (1994). Jabatan ketua umum PBNU kemudian dilepas ketika Gus Dur menjabat presiden RI ke-4. Meskipun sudah menjadi presiden, ke-nyleneh-an Gus Dur tidak hilang, bahkan semakin diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat. Dahulu, mungkin hanya masyarakat tertentu, khususnya kalangan nahdliyin yang merasakan kontroversi gagasannya. Sekarang seluruh bangsa Indonesia ikut memikirkan kontroversi gagasan yang dilontarkan oleh K.H. Abdurrahman Wahid.Catatan perjalanan karier Gus Dur yang patut dituangkan dalam pembahasan ini adalah menjadi ketua Forum Demokrasi untuk masa bakti 1991-1999, dengan sejumlah anggota yang terdiri dari berbagai kalangan, khususnya kalangan nasionalis dan non muslim. Anehnya lagi, Gus Dur menolak masuk dalam organisasi ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia). Tidak hanya menolak bahkan menuduh organisai kaum 'elit Islam' tersebut dengan organisasi sektarian.Dari paparan tersebut di atas memberikan gambaran betapa kompleks dan rumitnya perjalanan Gus Dur dalam meniti kehidupannya, bertemu dengan berbagai macam orang yang hidup dengan latar belakang ideologi, budaya, kepentingan, strata sosial dan pemikiran yang berbeda. Dari segi pemahaman keagamaan dan ideologi, Gus Dur melintasi jalan hidup yang lebih kompleks, mulai dari yang tradisional, ideologis, fundamentalis, sampai moderrnis dan sekuler. Dari segi kultural, Gus Dur mengalami hidup di tengah budaya Timur yang santun, tertutup, penuh basa-basi, sampai denga budaya Barat yang terbuka, modern dan liberal. Demikian juga persentuhannya dengan para pemikir, mulai dari yang konservatif, ortodoks sampai yang liberal dan radikal semua dialami.
Pemikiran Gus Dur mengenai agama diperoleh dari dunia pesantren. Lembaga inilah yang membentuk karakter keagamaan yang penuh etik, formal, dan struktural. Sementara pengembaraannya ke Timur Tengah telah mempertemukan Gus Dur dengan berbagai corak pemikirann Agama, dari yang konservatif, simbolik-fundamentalis sampai yang liberal-radikal. Dalam bidang kemanusiaan, pikiran-pikiran Gus Dur banyak dipengaruhi oleh para pemikir Barat dengan filsafat humanismenya. Secara rasa maupun praktek prilaku yang humanis, pengaruh para kyai yang mendidik dan membimbingnya mempunyai andil besar dalam membentuk pemikiran Gus Dur. Kisah tentang Kyai Fatah dari Tambak Beras, KH. Ali Ma'shum dari Krapyak dan Kyai Chudhori dari Tegalrejo telah membuat pribadi Gus Dur menjadi orang yang sangat peka pada sentuhan-sentuhan kemanusiaan.Dari segi kultural, Gus Dur melintasi tiga model lapisan budaya. Pertama, Gus Dur bersentuhan dengan kultur dunia pesantren yang sangat hierarkis, tertutup, dan penuh dengan etika yang serba formal; kedua, dunia Timur yang terbuka dan keras; dan ketiga, budaya Barat yang liberal, rasioal dan sekuler. Kesemuanya tampak masuk dalam pribadi dan membetuk sinergi. Hampir tidak ada yang secara dominan berpengaruh membentuk pribadi Gus Dur. Sampai sekarang masing-masing melakukan dialog dalam diri Gus Dur. Inilah sebabnya mengapa Gus Dur selalu kelihatan dinamis dan suliit dipahami. Kebebasannya dalam berpikir dan luasnya cakrawala pemikiran yang dimilikinya melampaui batas-batas tradisionalisme yang dipegangi komunitasnya sendiri.

Penghargaan

Tokoh 1990, Majalah Editor, tahun 1990
Ramon Magsaysay Award for Community Leadership, Ramon Magsaysay Award Foundation, Philipina, tahun 1991
Islamic Missionary Award from the Government of Egypt, tahun 1991
Penghargaan Bina Ekatama, PKBI, tahun 1994
Man Of The Year 1998, Majalah berita independent (REM), tahun 1998
Honorary Degree in Public Administration and Policy Issues from the University of Twente, tahun 2000
Gelar Doktor Kehormatan dari Universitas Jawaharlal Nehru, tahun 2000
Doctor Honoris Causa dalam bidang Philosophy In Law dari Universitas Thammasat Thaprachan Bangkok, Thailand, Mei 2000
Doctor Honoris Causa dari Universitas Paris I (Panthéon-Sorbonne) pada bidang ilmu hukum dan politik, ilmu ekonomi dan manajemen, dan ilmu humaniora, tahun 2000
Penghargaan Kepemimpinan Global (The Global Leadership Award) dari Columbia University, September 2000
Doctor Honoris Causa dari Asian Institute of Technology, Thailand, tahun 2000
Ambassador for Peace, salah satu badan PBB, tahun 2001
Doctor Honoris Causa dari Universitas Sokka, Jepang, tahun 2002
Doctor Honoris Causa bidang hukum dari Konkuk University, Seoul Korea Selatan, 21 Maret 2003.

02 April, 2009

tulisan sederhana buat mba kiki

JUDUL
PERAN MAHASISWA STAIN PURWOKERTO SEBAGAI AGENT OF CHANGE
LATAR BELAKANG
Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh mahasiswa begitu besar. Pengertian mahasiswa tidak bisa diartikan kata per kata. Mahasiswa juga bukanlah hanya sekedar orang yang belajar di perguruan tinggi. Tapi pengertian mahasiswa lebih dari itu. Mahasiswa adalah seorang “agent of change”. Seorang agen pembawa perubahan. Menjadi seorang yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini.1
Masyarakat awam melihat mahasiswa sebagai tempat dimana harapan akan suatu perubahan mereka gantungkan. Secara garis besar, setidaknya ada 3 peranan mahasiwa, yaitu : peranan moral, sosial dan intelektual. Yang pertama peranan moral, dunia kampus merupakan dunia di mana setiap mahasiswa dengan bebas memilih kehidupan yang mereka mau. Disinilah dituntut suatu tanggung jawab moral terhadap diri masing-masing sebagai individu untuk dapat menjalankan kehidupan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan moral yang hidup dalam masyarakat. Kedua adalah peranan sosial. Selain tanggung jawab individu, mahasiswa juga memiliki peranan social, yaitu bahwa keberadaan dan segala perbuatannya tidak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri tetapi juga harus membawa manfaat bagi lingkungan sekitarnya. Yang terakhir adalah peranan intelektual. Mahasiswa sebagai mahluk yang digadang-gadang sebagai insan intelek haruslah dapat mewujudkan status tersebut dalam ranah kehidupan nyata. Dalam arti menyadari betul bahwa fungsi dasar mahasiswa adalah bergelut dengan ilmu pengetahuan dan memberikan perubahan yang lebih baik dengan intelektualitas yang ia miliki2
Peranan mahasiwa dalam kaitannya untuk mewujudkan kehidupan bangsa Indonesia yang lebih baik, bangsa ini tidak akan pernah mempunyai harapan bila para pemudanya, khususnya mahasiswa, hanya pandai berbicara “Indonesia bisa berubah”, “ Kami bisa merubah Indonesia”, atau “ Indonesia masih punya harapan “, tanpa pernah melakukan tindakan nyata, tanpa pernah memberikan kontribusi nyata untuk Indonesia yang lebih baik. Karena segala janji dan ikrar takkan pernah berarti apa-apa tanpa diiringi dengan tindakan nyata. Untuk itu, setiap mahasiswa harus bersinergi, berfikir kritis dan bertindak konkret, untuk secara bersama-sama menjadi pelopor dalam pembaharuan kehidupan bangsa.
Seorang mahasiswa tidak pernah salah. Ketika apa yang ia bicarakan benar maka berati ia hebat. Tetapi ketika apa yang ia bicarakan adalah salah maka itu karena ia sedang belajar. Jadi penting bagi kita semua bahwa sebagai mahasiswa kita tidak boleh takut untuk terus belajar. Belajar tidak hanya didapat di bangku perkuliahan. Belajar berorganisasi dan kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya dapat meningkatkan pemahaman kita tentang kehidupan yang sebenarnya.3
Tentu saja mahasiswa STAIN Purwokerto juga berkedudukan sebagai agent of change seperti halnya dengan mahasiswa lainnya bahkan mahasiswa STAIN Purwokerto mempunyai basic khasanah keislaman yang lebih. Nilai lebih tersebut merupakan bekal yang bisa dipakai untuk mengoptimalkan fungsinya sebagai agent of change. Lalu bagaimanakah peran mahasiswa STAIN Purwokerto sebagai agent of change melalui berbagai kegiatannya di bangku perkuliahan, di organisasi dan di masyarakat dimana mereka tinggal?
RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah diatas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
Bagaimanakah peran mahasiswa STAIN Purwokerto sebagai agent of change?
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan antara lain :
Metode observasi atau pengamatan
Metode ini digunakan untuk mengetahui aktivitas mahasiswa STAIN Purwokerto di kegiatan perkuliahan, organisasi dan kegiatan kemasyarakatan.
Metode interview
Metode ini digunakan untuk mengetahui bagaimana upaya yang akan dilakukan oleh mahasiswa STAIN Purwokerto di kegiatan perkuliahan, organisasi dan kegiatan kemasyarakatan.
Metode dokumentasi
metode ini digunakan untuk mengetahui aktivitas yang telah dilakukan oleh mahasiswa STAIN Purwokerto di kegiatan perkuliahan, organisasi dan kegiatan kemasyarakatan.
Daftar Pustaka
Adi Sasono, Gerakan Mahasiswa Masa Kini, Prima Media, Jakarta, 2007
Ridwan, Intelektual Kampus, Karya Medika, Bandung, 2005
Sekar Arum, Peran Mahasiswa Sebagai Pemuda, Nusa, 1998
1Adi Sasono, Gerakan Mahasiswa Masa Kini, Prima Media, Jakarta, 2007, hlm. 8
2Ridwan, Intelektual Kampus, Karya Medika, Bandung, 2005, hlm. 12.
3Sekar Arum, Peran Mahasiswa Sebagai Pemuda, Nusa, 1998, hlm. 25