12 April, 2009

jenggot dan Celana Cingkrang

Haruskah kita berjenggot dan bercelana cingkrang?

Pada saat lahirnya seorang bayi diliputi oleh rambut yang sangat halus, kemudian rambut pertama ini digantikan oleh rambut yang lembut,yang kita temukan pada anak-anak. Kemudian datanglah masa remaja, dan rambutnya itu akan digantikan lagi oleh rambut yang akhirnya akan dimiliki orang sebagai makhluk yang dewasa.

Rambut jenggot pria
Pertumbuhan rambut orang dewasa diatur oleh kelenjar-kelenjar kelamin. Hormon kelamin pria mempunyai suatu daya kerja yang khusus sehingga rambut jenggot dan rambut badan terkembang karenanya, sedangkan perkembangan rambut kepala dibatasi atau diperlambat perkembangannya.
Justru sebaliknyalah daya kerja hormon kelamin wanita! Pertumbuhan rambut di kepala terkembang karenanya, sedangkan pertumbuhan rambut jenggot dan rambut badan terbatasi karenanya. Karena itulah kaum wanita tak berjenggot, karena berbagai kelenjar-kelenjar dan hormon di dalam badannya dengan sengaja berdaya menghalang-halangi pertumbuhan itu.

Haruskah kita berjenggot?
Kita harus menengok ke sejarah permulaan umat manusia. Pada suatu saat, guna jenggot adalah untuk memudahkan perbedaan kaum pria dan wanita. Mungkin juga jenggot bermanfaat untuk memberikan rupa yang kuat dan berwibawa kepada kaum pria, dan dengan demikian menolong kaum pria untuk mempunyai daya tarik di hadapan kaum hawa.
Kini seiring dengan berjalannya waktu ada beberapa kelompok dalam islam yang menjadikan jenggot sebagai ciri khas mereka bahkan saking ekstrimnya golongan tersebut mewajibkan pengikutnya untuk berjenggot bahkan yang lebih ekstrim lagi mereka memandang negatif orang yang tidak berjenggot.
Tentu kita tidak bisa melarang orang untuk berjenggot dan untuk tidak berjenggot menjadi suatu keyakinan, kita juga tidak boleh memaksa seseorang untuk berjenggot terlebih lagi paksaan itu didasarkan dengan dalil-dalil agama, adakah dalil dalam Qur’an dan hadist yang secara qath’i mewajibkan kita untuk berjenggot? Kalau memang ada hadist yang bisa dijadikan sebagai bijakan untuk berjenggot, apakah hadist itu memenuhi derajat keshahihan?

Jenggot hanyalah sebuah tren
Bagi saya jenggot hanyalah sebuah tren, tren yang membedakan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya. Tren itulah yang membedakan dan dari perbedaan itu akhirnya munculah sikap eksklusivisme yang bisa menjadikan mereka merasa mempunyai posisi yang lebih dibanding kelompok yang lainnya.
Tentu anda bisa melihat dan merasakan jika jenggot hanyalah sebuah tren, sebuah tren yang mempunyai social function untuk membedakan antar individu maupun antar kelompok, bisa jadi hal itu akan menciptakan deferensi sosial yang negatif.

Jenggot dan celana cingkrang sebagai produk Arabisme
Dari segi bentuknya, bentuk kepala orang-orang Arab berbeda dengan bentuk kepala kita, bentuk kepala orang Arab kotak sedangkan bentuk kepala kita oval. Karena bentuk kepala orang Arab yang kotak itulah mereka memelihara jenggot untuk kegagahan mereka, mereka merasa penampilan mereka akan lebih gagah dengan berjenggot. Pandangan tentang jenggot sebagai kegagahan itu sudah mengakar kuat sekali, sejak zaman Nabi Muhammad sampai zaman sekarang. Dengan demikian budaya berjenggot bisa dikatakan sebagai produk Arabisme.
Yang menjadi meanstream disini adalah term arabisme. Kita sering sekali terjebak oleh term tersebut,sesuatu yang berbau arab selalu diidentikan dengan ajaran islam. Sesuatu yang berbau arab tersebut seperti memelihara jenggot dan bercelana cingkrang, Produk Arabisme tersebut selain telah menjadi bagian dari ajaran islam juga telah memunculkan beberapa kelompok yang berparadigma eksklusif yang telah memudarkan nilai-nilai inklusif islam itu sendiri.

Sebagai sebuah refleksi dari fenomena diatas marilah kita renungkan firman Allah SWT:

”Sesungguhnya telah ada pada (diri) rasullah itu juri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) allah dan (kedatangan)hari kiamat dan dia banyak menyebut allah”.(QS. Al-Ahzab:21)

Yang menjadi pokok perhatian dalam ayat tersebut adalah Nabi Muhamad SAW sebagai suri teladan yang paling baik (uswatun hasanah) dimana kita sebagai muslim meneladani akhlak nabi, akhlak pangkalnya diperbuatan, perbuatan nabi yaitu shidiq, amanah , fathonah, dan tabligh itulah yang harus kita teladani.bukan kebudayaan Arabismenya.kalau demikian haruskan kita berjenggot dan bercelana cingkrang? Bagi saya tentu tidak, berjenggot dan bercelana cingkrang adalah:produk Arabisme dan bukan merupakan bagian dari ajaran islam.walaupun demikian sebagai seorang muslim yang toleran secara pribadi saya sama sekali tidak melarang saudara sesama muslim saya meyakini jika berjenggot dan bercelana cingkrang merupakan ajaran islam, dan saya juga tidak mempunyai hak ataupun kapasitas untuk melarangnya. Saya Cuma menyayangkan akan adanya beberapa individu maupun kelompok yang terkesan ingin memaksakan jika seorang muslim laki-laki harus berjenggot dan bercelana cingkrang. Pertanyaan besar saya adalah, apakah Nabi pernah memaksa umatnya untuk berjenggot dan bercelana cingkrang?

Tidak ada komentar: