13 April, 2009

ORANG MISKIN DILARANG MIMPIN

ORANG MISKIN DILARANG MIMPIN !

Masa-masa kampanye yang hiruk-pikuk, penuh dengan pembagian uang dan sembako telah berlalu, pemilu legislatif pada tanggal 9 April pun telah dilaksanakan. Ada dua fenomena yang menarik yang telah muncul ke permukaan mainset masyarakat. Fenomena pertama adalah caleg yang banyak meraup suara adalah caleg yang banyak menghambur-hamburkan uang, memberikan stiker, kaos dan sembako, bantuan pembangunan masjid, jembatan, jalan-jalan dan lain sebagainya. Nampaknya masyarakat kita lebih memilih seorang pemimpin dari segi materi bukan dari segi kualitas kepribadian, intelektual, dan sosial mereka.

Fenomena yang kedua adalah banyaknya kalangan artis yang ikut berkompetisi dalam kancah politik pada pemilu legislatif kemarin, sebut saja Emilia Contesta, Nurul Arifin, Wanda Hamidah, Primus Yustisio, Vena Melinda, Tengku Firmansyah, hingga Mandra pelawak dalam sinetron Si Doel Anak Betawi. Tak sedikit diantara para artis tersebut yang dijagokan menjadi wakil rakyat melihat perolehan suara mereka yang signifikan. Mereka yang terpilih mungkin ada yang kompeten di bidang politik atau mungkin mereka terpilih berkat ketenaran mereka sebagai artis, dan menurut saya asumsi yang kedua itulah yang menjadikan mereka dipilih oleh masyarakat.

Dari fenomena diatas menurut hemat saya sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini telah terpetakan dalam ranah materialisme. Masyarakat mempunyai asumsi bahwa materi adalah segala-galanya. Berangkat dari asumsi tersebut nampaknya telah tersetting dalam paradigma masyarakat kita bahwa yang namanya pemimpin itu haruslah kaya, dengan demikian alses untuk menjadi wakil rakyat bagi mereka yang miskin sangatlah sulit sehingga nampaknya orang miskin di negeri ini dilarang untuk menjadi seorang pemimpin.

Ada satu asumsi dari masyarakat kita bahwa memang yang namanya pemimpin itu haruslah kaya, apabila seorang pemimpin kaya hal tersebut bisa menghindari mereka untuk melakukan tindak korupsi. Betulkah asumsi itu? Fakta di lapangan membuktikan adanya wakil rakyat yang sudah kaya tapi masih saja korupsi. Mereka semakin kaya dengan uang rakyat dan rakyatpun semakin miskin.

Yang saya kuatirkan imbas dari paradigma materialis tersebut adalah jika nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam pancasila tergeser oleh nilai-nilai kapitalis. Apa jadinya negara kita jika paradigma masyarakatnya cenderung materialis? Yang ada jurang pemisah antara si kaya dan si miskin semakin jelas. Saya berharap kepada para calon wakil rakyat yang nantinya akan duduk di DPRD Kabupaten/Kota, DPRD Propinsi, DPD, dan DPR Pusat agar mereka senantiasa memperjuangkan nasib rakyat miskin bukan memperjuangkan perut semata. Siapapun orangnya baik dari kalangan wakil rakyat yang kaya ataupun dari kalangan wakil rakyat yang berasal dari dunia entertainment seyogyanya mampu mengejawantahkan nilai-nilai filosofis pancasila sehingga terciptalah masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

1 komentar:

chapurple mengatakan...

bingung cari alat kesehatan yang bagus dan berkualitas??

gag punya waktu untuk belanja di toko??
silakan coba ada alternatif yang satu ini..
dengan mengunjungi
http://www.tokoalkes.com/?id=chapurple
dan kamu bisa cari berbagai alat kesehatan yg mungkin kamu cari dan butuhkan..order pada kami..