05 April, 2009

BAIK vs BURUK dan BENAR vs SALAH

Filosofi “Baik-Buruk

Di dunia ini Allah SWT menciptakan semuanya saling berpasangan. Langit-bumi, siang-malam, daratan-lautan, pria-wanita, besar-kecil, kanan-kiri, hujan-terang, baik-buruk benar-salah, yah…tentu masih banyak lagi pasangan-pasangan yang ada di dunia ini bahkan nanti di akherat kelak ada surga dan neraka yang saling berpasangan.


Baik-buruk

Perbuatan manusia ada yang baik dan ada buruk. Hati manusia memiliki perasaan dan dapat mengenal atau membedakan, perbuatan itu baik atau buruk dan benar atau salah.
Penilaian terhadap suatu perbuatan adalah relatif, hal ini disebabkan adanya perbedaan tolak ukur yang digunakan untuk penilaian tersebut. Perbedaan tolak ukur tersebut disebabkan karena adanya perbedaan agama, kepercayaan , cara berfikir, ideologi, lingkungan hidup dan sebagainya.
Benar-salah

Di dalam Ilmu Akhlak (etika), kita akan berjumpa dengan istilah-istilah benar dan salah serta baik dan buruk. Apakah prinsip yang kita gunakan benar atau salah. Apakah kebiasaan yang kita perbuat baik atau buruk.

1. Pengertian Benar dan Salah
Pengertian benar menurut etika ialah hal-hal yang sesuai dengan peraturan-peraturan, sebaliknya, salah ialah hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
Secara subyektif "benar" di dunia bermacam-macam, benar menurut Ilmu Hitung berlainan dengan menurut Ilmu Politik, benar menurut logika berlainan dengan benar menurut dialektika, benar menurut seseorang berlainan dengan menurut orang yang berbeda dan sebagainya.
Secara objektif "benar" di dunia hanya satu. Tidak ada benar yang bertentangan, Apabila ada dua hal yang bertentangan, mungkin salah satunya yang benar atau kedua-duanyalah dan bisa jadi yang benar belum disebut dalam pertentangan itu.
Peraturan yang dibuat merupakan sarana yang digunakan untuk mengukur sesuatu benar atau salah. Peraturan dibuat untuk mencapai sesuatu yang dinamakan "benar". Peraturan di dunia ini sangat bermacam-macam dan berlainan, bahkan ada yang saling bertentangan. Semua peraturan yang dibuat adalah hasil akal-pikiran manusia, sedangkan kebenaran di dunia bila berdasar akal-pikiran manusia akan kembali kepada satu kata relatif.
Untuk mencapai "benar", maka kebenaran mesti bersifat objektif, kebenaran objektif ini adalah kebenaran pasti dan tunggal, kebenaran ini didasarkan kepada peraturan yang dibuat oleh Yang Maha Satu, Yang Maha Mengetahui serta Yang Maha Benar. Hal ini dapat kita ketahui dari Q.S Al-Baqoroh 2:147 :
"Kebenaran adalah dari Rabb-mu dan janganlah kalian termasuk orang-orang yang ragu" .

2. Pengertian Baik dan Buruk
Pengertian "baik" menurut etika adalah sesuatu yang berharga untuk sesuatu tujuan. Sebaliknya, yang tidak berharga, tidak berguna untuk tujuan, merugikan, atau menyebabkan tidak tercapainya tujuan adalah "buruk" .
Konsep Subjektifitas dan Relatifitas dalam baik dan buruk adalah serupa seperti konsep Subjektifitas dan Relatifitas dalam benar dan salah. Hanya dalam konsep Objektifitas memiliki perbedaan, secara objektif ukuran baik dan buruk adalah sama yakni mengarah kepada tujuan akhir, meskipun tujuan setiap individu atau golongan berbeda-beda, tetapi tujuan akhir dari semuanya itu sama, yaitu bahwa semuanya ingin baik atau bahagia.
Tujuan dari masing-masing individu walaupun berbeda-beda semuanya akan bermuara pada satu tujuan yang dalam ilmu etika disebut "kebaikan tertinggi", yang dengan istilah latinnya disebut Summum Bonum atau bahasa arabnya Al-Khair al-Kully. Kebaikan tertinggi ini bisa juga disebut kebahagiaan yang universal atau universal happiness.
Allah berfirman:
"Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya maka berlomba-lomba kamu ( dalam membuat ) kebaikan".
(QS. Al-Baqarah 2:148)
Di dalam Akhlak Islamiah, antara baik sebagai tujuan akhir harus segaris dengan baik sebagai sarana, alat, cara atau tujuan sementara mencapainya.
Penentuan Baik dan Buruk
Sejalan dengan pemikiran manusia, berkembang pula patokan yang digunakan dalam menentukan baik dan buruk. Keadaan ini menurut Poedjawiatna dalam Etika Filsafat Tingkah Laku sangat rapat pada pandangan filsafat tentang manusia dan ini tergantung dari metefisika pada umumnya. Menurut Poedjawijatna penilaian baik dan buruk berdasarkan enam (6) pandangan filsafat yaitu hedonisme, utilitarianisme, vitalisme, sosialisme, religiosisme dan humanisme. Sementara menurut Asmaran As dalam Pengantar Studi Akhlak, penilaian bak dan buruk berdasarkan empat (4) aliran filsafat yaitu sosialisme, hedonisme, intuisisme dan evolusi.
1. Sosialisme
Menurut aliran ini baik buruk ditentukan berdasarkan adat istiadat. Pandangan berdasar adat istiadat di namankan pandangan sosialisme karena berdasarkan manusia yang saling bersosialisasi. Mengenai hal ini Poedjawijatma berkomentar :
"…Adat istiadat timur dan barat misalnya berbeda. Kita tidak punya hak untuk menghukum adat yang ini buruk dan yang itu buruk, tetapi yang dapat dikatakan adalah bahwa adat itu sukar dijadikan ukuran umum, karena tidak umumnya itu…"
2. Hedonisme
Menurut aliran ini baik buruk ditentukan berdasarkan mendatangkan kelezatan, kenikmatan dan kepuasaan nafsu biologis. Pandangan ini pertama kali diutarakan oleh Filosof Epicurus (341-270 SM) dari Yunani Kuno, lalu dikembangkan oleh Cyrecnics dan ditumbuh kembangkan di dunia modern oleh Freud.
3. Intuisisme
Menurut aliran ini baik dan buruk ditentukan intuisi, insting batin atau kata hati. Aliran ini disebut juga aliran Humanisme. Penentuan baik buruk perbuatan menurut aliran intuisme dianut dan dikembangkan oleh para pemikir akhlaq, diantaranya ialah Murthadha Muthahariri yang berpendapat berdasar dalil Q.S Asy-Syams ayat 7-8 bahwa ia menulis dalam bukunya Falsafah Akhlak sebagai berikut:
"Etika tidak emosionlistik seperti dalam falsafah etika Hindu dan Kristen. Juga bukan rasional dan berdasarkan kehendak yang dikatakan filosof. Tetapi etika adalah ilham-ilham intuisi"
4. Utiliterianisme
Menurut aliran ini baik buruk ditentukan berdasarkan utility atau daya guna. Pandangan ini terlalu ekstrem diinterpretasikan dalam masa sekarang dan berkembang menjadai pandagan materialistic. Contohnya ialah dititipkannya para manula (manusia lanjut usia) kepada panti jompo di beberapa Negara maju.
5. Vitalisme
Menurut aliran ini baik buruk ditentukan berdasarkan pencerminan kekuatan menaklukan hidup manusia. Paham inilah yang dipraktekan para feodalisme pada kaum lemah. Kini paham ini telah tergeser oleh pandangan demokrasi.
6. Religiosisme
Menurut aliran ini baik buruk ditentukan berdasarkan kehendak Tuhan dalam keyakinan Theologis. Meskipun dianggap piling baik namun aliran ini masih menjadi batu loncatan pemikiran para ahli karena aliran ini belum bersifat umum dan objektif.
7. Evolusi
Menurut aliran ini baik buruk ditentukan berdasarkan kesenangan dan kebahagiaan. Sedangkan kesenangan dan kebahagiaan ini berkembang berdasarkan evolusi atau perubahan apa adanya kepada kesempurnaan. Pendapat ini berlaku pada hal yang fisika (tampak) seperti tumbuhan hewan, dan manusia serta yang meta fisika (ghaib) seperti akhlak dan moral.
Tokoh central dalam teori ini ialah Charles Darwin (1809-1882). Dia memberikan penjelasan tentang paham ini dalam buknya The Origin Of Species, dikatakan bahwa perkembangan ala mini berdasarkan oleh ketentuan-ketentuan berikut:
Ketentuan alam (selection of nature)
Perjuangan hidup (struggle for life)
Kekal bagi yang lebih pantas (survival for the fit test)
Inilah yang disebut hokum alam dan ini pulalahyang menjadi pokok penentuan baik dan buruk dan terus berkembang sesuai dengan waktu.
Baik dan buruk menurut ajaran Islam
Ajaran islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah SWT. Al-Quran yang dalam penjabarannya dilakukan oleh hadits Nabi Muhammad SAW. Masalah akhlak dalam ajaran islam sangat mendapatkan perhatian yang begitu besar.
Menurut ajaran islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al-Quran dan Al-hadits. Jika kita perhatikan Al-Quran dan alhadits dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu kepada baik dan ada pula istilah yang mengacu kepada yang buruk. Diantara istilah yang mengacu kepada yang baik misalnya al-hasanah,thayyibah,khairah,karimah,mahmudah,azizah dan al-birr.
Adanya berbagai istilah dalam Al-qur'an ini menunjukan bahwa Al-Qur'an dan Hadits menunjukan bahwa sesuatu yang baik menurut islam jauh lebih lengkap dan kompherensif dibandingkan arti baik dalam arti kebaikan yang dikemukakan sebelumnya.

Tidak ada komentar: