08 Juli, 2009

Implementasi Metode Enable Context dalam teori OLE
Pada Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMA

A. Latar Belakang
Standar Isi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia memuat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar berbahasa yang masing-masing mencangkup empat aspek berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Karena itu pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia haruslah memperhatikan keempat aspek diatas. Dalam pelaksanaannya tentu saja itu tidak lepas dari pendekatan dan metode yang digunakan dalam penyampaian materi yang hendaknya bisa mengantarkan peserta didik untuk aktif dan kreatif dalam pembelajaran sehingga terciptalah iklim pembelajaran yang komunikatif.
Metode Enable Context dalam pembelajaran merupakan metode pokok yang ditawarkan dalam teori OLE. Penulis memandang metode tersebut bisa diimplementasikan pada pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dimana keempat aspek berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dapat tercover melalui metode tersebut.

B. Identifikasi Masalah
Salah satu tujuan utama program bahasa umumnya adalah mempersiapkan pembelajar untuk melakukan interaksi yang bermakna, yaitu dengan cara membuat mereka mampu berkomunikasi.[1]
Maka perlu diciptakan iklim pembelajaran yang komunikatif yang mencangkup empat aspek berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang mampu mengantarkan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran secara aktif dan kreatif, selain itu perlu ada alih paradigma dari pembelajaran yang berpusat pada guru atau teacher centered diganti dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa atau student centered yang menjadikan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran.
Untuk merealisasikan kondisi yang ideal tersebut maka guru harus mampu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang menggunakan metode yang dapat menjadi suatu stimulus bagi peserta didik untuk aktif dan kreatif dalam berkomunikasi.
Penulis memandang metode Enable Context dalam teori OLE mampu memberikan stimulus bagi peserta didik untuk aktif dan kreatif selama mengikuti pembelajaran bahasa. Berangkat dari hal itu lalu bagaimanakah implementasi metode Enable Context dalam teori OLE pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA?

C. Pembatasan Masalah
1. Pengertian Metode Enable Context pada teori OLE
Metode Enable Context dalam pembelajaran merupakan metode pokok yang ditawarkan dalam teori OLE.[2]





2. Pengertian mata pelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa secara etimologi berarti aksen ( linguistik ), dialek, logat.[3] Sedangkan secara terminologi bahasa berartisistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.[4]
Dari pengertian bahasa diatas maka pengertian mata pelajaran bahasa Indonesia adalah suatu mata pelajaran yang berisikan tentang materi-materi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang diberikan di lembaga pendidikan formal baik di jenjang SD, SMP, maupun SMA.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang dipakai oleh bangsa Indonesia. Bahasa nasional itu sendiri adalah dialek regional aau bahasa yang menjadi bahasa standar atau lingua franca di negeri yang multilingual karena perkembangan sejarah, kesepakatan bangsa atau ketetapan perundang-undangan.[5]
Dari uraian pengertian-pengertian diatas maka makalah ini merupakan makalah yang membahas tentang implementasi metode Enable Context dalam teori OLE pada pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA kaitannya dengan empat aspek berbahasa yang meliputi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.





D. Pembahasan
1. Metode Enable Context dalam teori OLE
Metode Enable Context dalam pembelajaran merupakan metode pokok yang ditawarkan dalam teori OLE. Metode ini diimplementasikan untuk membuat berbagai perspektif yang diambil di lingkungan sekitar peserta didik. Ada tiga proses yang harus dilalui ketika metode Enable Context ini diimplementasikan, antara lain :
a. Pengadaan secara eksternal
Pada proses ini pesrta didik menentukan masalah yang berhubungan dengan materi pembelajaran.
b. Penyebab keadaan dari luar
Pada proses ini masalah peserta didik menjadi titik perhatian kemudian peserta didik menganalisisnya.
c. Perbuatan aktivitas individu
Pada proses ini peserta didik memecahkan masalah dan membuat antisipasi masalah.[6]
Tentu saja dalam implementasinya tidak lepas dengan penggunaan sumber dan perangkat. Sumber tersebut merupakan sumber materi atau juga informasi yang mendukung pembelajaran. Sumber ini bersifat statis dan dinamis.
Sumber yang bersifat statis tidak berubah melalui pemakaian. Informasi pada sumber ini bersifat stabil, contohnya seperti isi video disk, multimedia CD ROM, buku teks, dan ensiklopedia elektronik. Sedangkan sumber yang bersifat dinamis berubah melalui pemakaian. Informasi pada sumber ini bersifat dinamis dan selalu mengalami perubahan, contohnya seperti database klimatologi yang dibuat oleh Badan meteorologi dan Geofisika yang menyusun secara kontinu data masuk cuaca sehari-hari.[7]
Perangkat dalam teori OLE digunakan untuk memberikan pemahaman dasar dalam penggunaan informasi. Ada tiga tipe perangkat yang secara umum dipakai dalam teori OLE, antara lain :
a. Memproses perangkat, untuk mendukung proses kognitif peserta didik dalam pemecahan masalah.
b. Menggerakkan perangkat, untuk menilai kevalidan atau untuk menyelidiki kepercayaan dan teori yang relevan dengan masalah peserta didik.
c. Menghubungkan perangkat, menghubungkan ide yang dihasilkan oleh peserta didik, guru, dan para ahli.[8]
Dalam implementasi metode Enable Context ini peserta didik akan melalui beberapa tingkatan yang memandu dan mendukung aktivitas peserta didik pada proses pembelajaran. Tingkatan-tingkatan tersebut antara lain :
a. Tingkatan khusus yang dihadapkan dengan tingkatan umum.
b. Tingkatan konseptal yang memandu peserta didik dalam mempertimbangkan masalah.
c. Tingkatan metakognitif yang memandu peserta didik untuk berfikir tentang masalahnya.
d. Tingkatan prosedural memandu peserta didik dalam memanfaatkan sumber dan perangkat.
e. Tingkatan strategi yang memandu peserta didik dala memecahkan masalah[9]
2. Karakteristik mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA
Standar Isi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia memuat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar berbahasa yang masing-masing mencangkup empat aspek berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.[10]
Bahasa Indonesia merupakan sarana komunikasi dan sastra merupakan salah satu hasil budaya yang menggunakan bahasa sebagai sarana kreativitas. Melihat hal itu tentu saja idealnya bahasa dan sastra Indonesia diajarkan kepada siswa melalui pendekatan dan metode yang bisa mencover empat aspek berbahasa.
Pendekatan pembelajaran bahasa yang menekankan aspek kinerja dan atau kemahiran berbahasa dan fungsi bahasa adalah pendekatan komunikatif. Sedangkan pendekatan pembelajaran sastra yang menekankan pada apresiasi sastra adalah pendekatan apresiatif. Metode yang nantinya digunakan dalam proses pembelajaran hendaknya relevan dengan kedua pendekatan tersebut dan materi pembelajaran yang disampaikan.[11]
3. Implementsi metode Enable Context dalam teori OLE pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
Dalam teori pembelajaran behaviorisme, pembelajaran merupakan upaya pengalaman atau latihan yang dialami oleh seseorang atau kelompok orang yang menghasilkan perilaku yang relatif tepat. Perilaku tersebut diperoleh melalui pembiasan, yaitu pemerolehan suatu tingkah laku yang baru setelah seseorang atau kelompok orang dibiasakan atau mengalami prose pembiasaan.[12]
Pembelajaran sendiri pada kakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam individu maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungannya.[13]
Dalam proses pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar mennjang terjadinya perubahan perilaku peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencangkup tiga hal, yaitu Pre Tes, Proses, dan Post Test.[14]
Proses merupakan aspek yang terpenting dalam pelaksanaan pembelajaran dimana pada proses tujuan-tujuan belajar direalisasikan melalui materi-materi yang diberikan. Proses pembelajaran perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu saja menntut aktivitas dan kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif, yang memacu peserta didik untuk aktif dan kreatif selama proses pembelajaran.
Dalam teori konstruktivisme guru tidak begitu saja memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswalah yang harus aktif. Dalam teori ini hakikat belajar merupakan kegiatan manusia untuk membangun atau mencipta pengetahuan dengan cara memberi makna pada pengetahuan sesuai pengalamannya. Dari ahkekat belajar tersebut, saat proses pembelajaran peserta didik perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untk menemukan atau mengaplikasikan ide-ide mereka sendiri disamping mengajarkan siswa untuk menyadari dan sadar akan strategi belajar mereka sendiri.[15]
Dari teori diatas maka bisa dikatakan bahwa pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental. Fisik, maupun sosialnya. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil.
Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar ( 75% ) peserta didik terlibat secara aktif, menunjukkan gairah belajar yang tinggi dan rasa percaya pada diri sendiri.[16]
Sedangkan dari segi hasil, pembeajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yng positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidaknya sebagian besar ( 75% ).[17]
Untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas diatas, baik dari segi proses maupun dari segi hasil maka perlu digunakan pendekatan dan metode yang relevan dengan tujuan pembelajaran yang bisa mengantarkan peserta didik untuk aktif selama proses pembelajaran kemudian pendekatan dan metode tersebut bisa merubah perilaku peserta didik.
Pendekatan pembelajaran bahasa yang menekankan aspek kinerja dan atau kemahiran berbahasa dan fungsi bahasa adalah pendekatan komunikatif. Sedangkan pendekatan pembelajaran sastra yang menekankan pada apresiasi sastra adalah pendekatan apresiatif. Dalam penggunaan salah satu ataupun kedua pendekatan tersebut diperlukan pengimplementasian metode yang relevan dengan materi pembelajaran.
Menurut penulis, implementasi metode Enable Context dalam teori OLE dapat mengcover keeempat aspek berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Implementasi metode Enable Context memandu peserta didik untuk aktif selama proses pembelajaran. Ada tiga proses yang harus dilalui ketik metode Enable Context ini diimplementasikan, antara lain :
a. Pengadaan secara eksternal
Pada proses ini pesrta didik menentukan masalah yang berhubungan dengan materi pembelajaran.
b. Penyebab keadaan dari luar
Pada proses ini masalah peserta didik menjadi titik perhatian kemdian peserta didik menganalisisnya.
c. Perbuatan aktivitas individu
Pada proses ini peserta didik memecahkan masalah dan membuat antisipasi masalah.[18]
Saat peserta didik menentukan masalah yang merupakan proses yang pertama dari metode Enable Context yang berhubungan dengan materi pembelajaran tentunya peserta didik membutuhkan sumber pendukung seperti berbagai informasi dari buku teks, televisi, internet, surat kabar, dan lain-lain. Informasi tersebut tentu saja merupakan informasi yang berhubungan dengan masalah yang sedang ditentukan oleh peserta didik, informasi tersebut bisa diperoleh dengan proses mendengar dan juga membaca.
Proses mendengar yang bisa disamakan dengan proses menyimak merupakan aspek yang paling penting diantara aspek yang lain. Melalui proses ini peserta didik bisa memahami dan mereaksi terhadap informasi apa yang baru saja ia dengar. Ada satu pandangan yang menyatakan bahwa pada saat seorang mendengarkan pesan-pesan lisan, mereka memecah-mecahkan aliran ujaran ke dalam unsur-unsur suara kemudian menggabungkan unsur-unsur tersebut ke dalam kata, dan menggabungkan kata-kata ini ke dalam frase atau klausa.[19]
Proses mendengar dan membaca kemudian diikuti oleh proses menulis dan berbicara dalam menganalisis masalah pada proses yang kedua dari metode Enable Context Serta memecahkan masalah dan membuat antisipasi masalah pada proses yang ketiga dari metode Enable Context. Kita tidak boleh mengabaikan hubungan antara membaca dan menulis, semakin banyak peserta didik membaca maka semakin mudah peserta didik menulis. Sedangkan proses berbicara akan menjadi mudah jika peserta didik secara aktif terlibat dalam upaya untuk berkomunikasi.[20]






E. Kesimpulan dan Penutup
Enable Context sebagai satu metode pokok yang ditawarkan dalam teori OLE relevan apabila diimplementasikan dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasi Indonesia. Proses serta tingkatan yang dilalui dalam pengimplementasian metode ini dapat menjadi wahana untuk menumbuhkembangkan keaktifan siswa selama proses pembeajaran. Empat aspek berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis mampu tercover dalam pengimplementasian metode ini.
Maka menurut penulis metode ini relevan apabila diimplementasikan pada pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tanpa menafikan metode yang lain tentu saja metode Enable Context dalam teori OLE bukanlah satu-satunya metode yang relevan digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia, menurut penulis diperlukan suatu perpaduan antar metode melalui proses dialektika untuk menghasilkan teori-teori baru.
Demikian deskripsi yang bisa penulis sajikan dalam makalah ini, untuk membangun pola pikir dan motivasi bagi penulis, penulis mengharapkan sumbangsih pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya.








RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XII/I
Pertemuan : 1 dan 2
Alokasi Waktu : 4 X 45 menit
A. KOMPETENSI DASAR
2.1. Memahami informasi dari berbagai laporan
2.2. Mengungkapkan gagasan, tanggapan dan informasi dalam diskusi
B. INDIKATOR
· Mencatat pokok isi berita
· Menentukan fakta dalam berita
· Menentukan opini dalam berita
· Menentukan pokok-pokok berita
C. MATERI POKOK
· Berita radio / televisi
D. SKENARIO PEMBELAJARAN
Pertemuan 1
No.
Kegiatan
Aloksi
Waktu
Metode
1.
Pendahuluan
Pengantar konsep fakta dan opini dalam berita
5 menit
Ceramah interaktif
2.
Inti
Peserta didik :
a. Mendengarkan berita
b. Mencatat pokok-pokok isi berita
c. Membedakan kalimat fakta dan opini
d. Menentukan kalimat fakta
e. Menentukan kalimat opini
70 menit
Enable Context
3.
Penutup
Penguatan ketrampilan menyimak berita
10 menit


Pertemuan 2
No.
Kegiatan
Aloksi
Waktu
Metode
1.
Pendahuluan
• Guru memberikan tugas bagi peserta didik untuk menyimak suatu laporan berita
• Berdiskusi tentang laporan berita
10 menit
Ceramah interaktif
2.
Inti
Peserta didik :
a. Menemukan isi pokok laporan berita
b. Menganalisis isi pokok kaporan berita
c. Menanggapi berupa kritik dan saran terhadap isi pokok laporan berita
70 menit
Enable Context
3.
Penutup
Menyimpulkan hasil diskusi
10 menit
Enable Context

E. MEDIA
1. Buku teks yang terkait
2. Surat kabar
3. Kaset rekaman
4. Internet
F. EVALUASI
Jenis tagihan : Tugas kelompok
Bentuk instrumen : Laporan tertulis, urain bebas


Brebes 28 Desember 2008
Guru Mata Pelajaran



Syafi’i, S.Pd


[1] Furqanul Aziz, Pengajaran Bahasa Komunikatif ( Teori dan Praktek ), Remaja Rosda Karya, Bandung, 2006, hlm. 77
[2] Hannafin, dkk, Open Learning Environment : Foundation, Method, and Models
[3] Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, Gramedia, Jakarta, 2006, hlm. 47
[4] Harimurti Kridolaksono, Kamus Linguistik, Gramedia, Jakarta, 2001, hlm. 21
[5] Ibid., hlm. 24
[6] Hannafin, dkk, Open Learning Environment : Foundation, Method, and Models
[7] Ibid.
[8] Ibid.
[9] Ibid
[10] Depdiknas RI, Petunjuk dan Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus, Jakarta, 2007, hlm iii
[11] Ibid. iv
[12] Subyantoro, Teori Pembelajaran Bahasa, UNNES, 2007
[13] Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2005, hlm. 100
[14] Ibid, hlm. 101
[15] Subyantoro, Teori Pembelajaran Bahasa, UNNES, 2007

[16] Mulyasa, Op. Cit, hlm. 102
[17] Ibid., hlm. 103
[18] Hannafin, dkk, Open Learning Environment : Foundation, Method, and Models
[19] Furqanul aziz, Op. Cit., hlm. 82
[20] Ibid., hlm. 93

Tidak ada komentar: